Archive for February 2016
Shigatsu wa Kimi no Uso
Anime
ini adalah anime garapannya A-1 Picture yang cukup menguras air mata.
Dirilis pada musim Fall 2014, di musim yang sama dengan rilisnya
Kiseijuu: Sei no Kakuritsu, Fate/stay night: Unlimited Blade Works (TV),
Nanatsu no Taizai, Shirobako, Yowamushi Pedal: Grande Road, Akatsuki no
Yona, Shingeki no Bahamut: Genesis, Amagi Brilliant Park, Gugure!
Kokkuri-san, Psycho-Pass 2, Log Horizon 2nd Season, Grisaia no Kajitsu
dan anime keren lainnya.
Shigatsu
wa Kimi no Uso merupakan anime yang diadaptasi dari manga karya Naoshi
Arakawa, dimana manga nya sendiri yang baru berakhir pada Februari 2015
lalu dengan total 11 volume, sempat memenangkan penghargaan sebagai Best
Shōnen Manga pada Kodansha Manga Awards ke-37.
Satu lagi drama sinting yang muncul di musim gugur!
Setelah
Sakurasou Pet na Kanojo (meski ini banyak lawaknya) dan Nagi no
Asukara, musim Fall 2014 menyuguhkan sesuatu yang sukses bikin saya
nangis-nangis. Sakurasou untuk episode 23-nya, Nagi no Asukara untuk
banyak scene, dan... Shigatsu wa Kimi no Uso yang juga bikin saya
sesenggukan di banyak adegan.
Format biasa. Kelebihan!
Sonata No.1 - Visual!
Masih
nggak puas sama visual dari A-1 Pictures yang cerah berwarna-warni plus
penggambaran background yang luar biasa? Segera periksakan mata anda ke
dokter mata terdekat. Desain karakternya juga oke-oke, dengan mulut
yang lebih realistis dibanding anime kebanyakan (yang seringkali lobang
mulutnya super imut). Cuma yaa desain karakternya gak moe-moe layaknya
anime belakangan ini, jadi gak masuk ke kategori Karakter Wanita
Tercantik di Anime. Buat yang nggak suka, itu murni masalah selera. Di
manga-nya juga nggak beda jauh, lebar-lebar juga kok.
Sonata No.2 - Audio!
Banyak
sekali Soundtrack di anime ini yang bagus. Terutama adalah Opening
pertamanya yang yang berjudul Hikaru Nara dan dinyanyikan oleh Goose
House. Berkat lagu itulah ane nonton anime ini, jadi wajar kalo lagu
tersebut ane masukan ke dalam 20 OST Anime Tervaforit dan Juga Terbaik
versi ane. BGM-nya juga gak kalah bagus, pinter banget menguatkan
suasana sedih yang ada di animenya.
What else?
Tidak lain adalah... musik klasik! Performa-performa musik klasik yang ditampilkan bener-bener menggugah perasaan.
Saya
sempet bilang di review anime sebelah kalo saya tergolong penikmat
musik klasik. Dan anime ini sukses menjerat saya dengan pilihan-pilihan
karya klasik yang pas dengan suasana dalam alur cerita. Nggak bisa saya
lupakan gempuran Moonlight Sonata (alias Piano Sonata No.14) 3rd
movement karya Beethoven yang sukses menjerat perhatian saya di
menit-menit awal.
Nah,
berhubung protagonis kita adalah pemain piano, nggak sedikit pula
karya-karya dari Frederic Chopin yang diperdengarkan di sini. Maklum,
dia memang paling banyak bikin karya untuk dimainkan piano. Favorit
saya, Etude Op.10 No.12 "Revolutionary", sempet bikin saya heboh sendiri
sewaktu dimainkan di episode 19. I mean, that musical piece is about
war! Karya itu memang diciptakan Chopin ketika Polandia berjuang untuk
merdeka dari Rusia tahun 1831. Cocok banget ditaruh di episode 19
sebagai penggambaran sebuah "revolusi" untuk lepas dari bayang-bayang
Kousei.
Lalu
yang bener-bener bikin saya nangis darah, episode 22. Sebagai klimaks,
Ballad Op.23 No.1 in G minor terlalu cocok sewaktu dimainkan Kousei.
Karya ini sebenernya juga diciptakan pada tahun 1831, namun di sini
Chopin menumpahkan rasa kesepiannya karena jauh dari kampung halaman
(Polandia) yang masih terjajah. Lagi-lagi anime ini berhasil
menerjemahkannya ke dalam bahasanya sendiri, dengan 'bumbu' kegalauan
yang cocok dengan cerita.
Audio
nggak cuma seputar musik. Para seiyuu di sini pun terdengar begitu pas
dalam mengisi karakter masing-masing. Taneda Risa, Sakura Ayane, dan
Hanae Natsuki berhasil 'memberi nafas' pada Kaori, Tsubaki, dan Kousei.
Sonata No.3 - Meaningful!
Udah
banyak cerita di muka Bumi (entah anime, manga, novel, film, dst) yang
menyuguhkan pesan sentral "kekuatan cinta yang mampu mengubah hidup".
Namun Shigatsu wa Kimi no Uso berhasil menyuguhkan pesan tersebut dalam
cara yang insanely beautiful. Begitu merasuk ke dalam dada dengan
kemurnian dan ketulusan cinta yang diceritakan di dalamnya. Saya sendiri
sangat menikmati ketika tenggelam bersama kisah romance yang terjadi
diantara karakter-karakternya. Oleh karena itu Shigatsu wa Kimi no Uso
disebut-sebut sebagai salah satu Anime Bergenre Romance dan Drama
Terbaik yang Paling Hangat untuk ditonton.
Kelebihan
yang satu ini juga berhasil "menyentil" sesuatu di kepala saya. Untuk
bisa maju dan terus melangkah dalam hidup, terkadang seseorang mustahil
melakukannya sendiri meski sudah punya tujuan, niat, dan kemampuan. Yang
kamu butuhkan hanyalah orang lain, dan lakukan apa yang ingin anda
lakukan demi orang tersebut dengan segenap hati. Kadang kita suka
melupakan hal ini, sibuk mengejar ambisi sehingga kehilangan esensi.
Apapun yang anda lakukan, just do it for the sake of your beloved. Saya
yakin--- nggak. Saya tahu kalo hasilnya akan jauh lebih memuaskan
dibanding melakukannya demi diri sendiri.
Anime ini juga makin terasa berbobot dengan adanya 2 metafora yang berhasil memberi simbol penuh makna: sakura dan kucing.
Sakura
punya arti filosofis tersendiri. Perlu anda ketahui, nggak ada pohon
sakura yang berbunga sepanjang tahun (kecuali hasil rekayasa genetik
kali ye...). Dia hanya akan mewarnai musim semi dengan keindahan
kelopak-kelopak merah mudanya dalam waktu singkat. Beautiful, yet
ephemeral. Begitu pula dengan hidup manusia. Singkat, namun sudah
selayaknya "mekar penuh" layaknya sakura, menunjukkan semangat hidup
secara maksimal dalam hidup yang terbatas.
Kucing!
Berhubung saya suka kucing, metafora tentang kucing di sini ikut saya
perhatikan. Di sini Kousei mengibaratkan Kaori sebagai kucing. Ada 2
ekor kucing di sini. Yang pertama bermata biru, dan yang kedua bermata
hijau. Menurut saya pribadi, keduanya merupakan metafora dari Kaori.
Yang bermata biru merupakan simbol hidup Kaori (ep 20 - obvious
foreboding), sementara yang bermata hijau merupakan simbol kehadiran
Kaori bagi Kousei (ep 22 agak-agak ujung). Sebenernya ada satu lagi,
namun yang satu lagi cuma salah satu mental block yang dihasilkan
Kousei. Bukan simbol apapun.
Sonata No.4 - Eksekusi!
Ini adalah faktor yang AMAT SANGAT LUAR BIASA dari anime ini.
Karena
saking luar biasanya, saya akan bicara cukup panjang DAN sedikit
membeberkan cerita karena susah kalo nggak mengupas hal-hal krusial di
dalamnya. Silakan langsung klik "SPOILER END" untuk langsung melompati
bagian spoiler kalo nggak mau menyesal nantinya. Border Keramat: System
activation!
===SPOILER ALERT===
Sebenernya nggak ada yang spesial dengan topik cerita di anime ini.
Musik?
Ada Nodame Cantabile. Hingga yang terbaru, Hibike! Euphonium.
Cewek sakit? Sebut aja Air dan Clannad.
Ending-nya si cewek mati, bener-bener mati nggak ada acara miracle ex
machina ala Key? Nggak usah jauh-jauh ke anime purba, kita punya Plastic
Memories.
"Inspirasi tersembunyi dari masa kecil" juga udah ada di Chuu2Koi.
Apalagi tentang cinta childhood friend. Nggak perlu disebut. Banyak!
Saya cukup liat kisah hidup sendiri kok. #plak
Twist?
Apa pula itu. Saya sebagai makhluk jenius orang yang suka berspekulasi
dan berekstrapolasi untuk menebak-nebak jalan cerita, nggak merasa
kesulitan untuk membaca ending-nya yang JELAS BANGET bakalan ngenes bin
anjay.
Kaori
yang ternyata suka sama Kousei sejak kecil pun sebenernya bisa juga
ditebak di awal-awal. Hal yang mengarahkan pemikiran saya ke situ adalah
kelakuan ngotot Kaori yang nggak mau kalo bukan Kousei. Aneh rasanya
seseorang ngotot memilih seseorang tanpa alasan logis yang riil.
Kemungkinannya cuma 2: love at the first sight sewaktu episode 1, atau
pernah ketemu jauh sebelum timeline cerita. Tapi buat saya pribadi,
kemungkinan kedua lebih masuk akal. Kalo anda mengambil posisi sebagai
pembuat cerita (bukan sekedar penonton), maka kemungkinan tersebut bisa
terpikirkan sebagai opsi "kejutan" dalam cerita.
Tapi... saya nggak bisa protes banyak-banyak. Saya takluk. SAYA TAKLUK!!!!
Kenapa saya bisa takluk?
Pertama,
aspek psikologis yang mudah dicerna. Awalnya saya muak sama Kousei yang
digambarkan lemah banget secara kejiwaan. Kebanyakan bacot buat bikin
alasan! Namun saya seketika tunduk ketika disuguhkan perjuangannya dalam
melawan mental block yang menghalanginya selama ini untuk maju.
Bukan cuma Kousei, karakter-karakter lain juga digambarkan berjuang untuk sesuatu yang bener-bener ingin mereka capai.
Kaori
demi sisa-sisa hidupnya agar lebih berwarna. Tsubaki demi 'memecahkan
es' yaitu perasaannya sendiri terhadap Kousei yang selama ini terus
disangkal. Juga karakter-karakter yang ingin maju karena terinspirasi
kejeniusan Kousei sewaktu kecil. Bahkan penambahan karakter baru secara
tiba-tiba (Aiza Nagi) bukannya merusak, namun membawa nafas haru
tersendiri karena perjuangannya demi kakak yang disayangi! Semuanya
terasa sangat down-to-earth dan nggak lebay, bahkan mungkin pernah juga
dirasakan banyak orang (khususnya musikus, mungkin?).
Kedua,
foreboding. Sebenernya tanda-tanda mengenai kondisi tubuh Kaori udah
bisa diketahui dari episode 3, terbukti dari lokasi Kaori turun dari bus
yaitu di rumah sakit. Sampai sini saya udah memikirkan perbandingan
50:50, apakah yang sakit itu Kaori sendiri atau kenalan/keluarganya.
Makin
jauh episode berjalan, makin jelas pula tanda-tandanya. Apalagi begitu
episode 11, ketika Kaori bilang kalo dia "nggak selalu bisa ada di
sini". Udah deh, saya 100% yakin Kaori bakal menemui ajal di ending.
Namun jalan menuju kematian itu diolah dengan cara yang ngeri-ngeri
sedap. Pelan... pelan... pelan... dan... argh. Rasanya kayak nelen
sesuatu yang pahit, 1 sendok di hari 1, 2 sendok di hari 2, 3 sendok di
hari berikutnya, dan seterusnya hingga hari ke-22. Saya tahu rasanya
pahit. Tapi terus saya makan hingga di hari ke-22, sehingga saya nggak
sadar kalo total udah nelen 253 sendok (inget deret aritmatik? :P) rasa
pahit. Segalanya pun meledak di akhir.
Ketiga,
dialog dan monolog. Ini juga keren ngolahnya. Saya ini hobi nulis,
sehingga kekuatan kata-kata punya pengaruh buat saya. Kalo suasananya
udah serius, dialog antar karakter begitu mencengkram, menambah daya
jebret yang berpadu dengan visual yang memukau. Bukan cuma itu, saya
seneng banget sewaktu karakter-karakternya bermonolog dengan "bersastra"
dalam bahasa yang nggak ketinggian. Sangat mudah dipahami bahkan bagi
orang yang berlatar pendidikan non-sastra kayak saya.
Dan...
APALAGI SELAIN MONOLOG KAORI SOAL SURAT TERAKHIRNYA ITU? Tiga kali
kalimat "I love you" berhasil mencabik-cabik sisi kejantanan saya selama
beberapa saat. Lalu pengakuan "kebohongan" yang menjadi bagian pada
judul juga... HUAAAAAAAA!!! Guling pun basah menjadi korban keganasan
derasnya air mataaaaaaaa AAAAAAAAHHH!!!! Damn damn daaaamnnn!!! (T__T)
#bantinggelas #bantingpiring #bantinglaptop--- eh jangan kalo laptop.
Keempat,
tentu bagian kematian Kaori. Ini adalah salah satu ending mati TERBAIK
yang pernah saya tonton seumur hidup. Kematian itu biasa, tapi kematian
yang digambarkan secara indah itu barang langka. Di sini kita nggak
disuguhkan farewell klise dengan ECG (electrocardiogram) yang
menggambarkan denyut jantung yang melemah terus *tuuuuut* gitu, namun
dengan hadirnya Kaori yang satu panggung bersama Kousei. Deh disini saya
proklamasikan aja kalo Shigatsu wa Kimi no Uso adalah Anime Romance dengan Ending Terbaik yang Pernah Ada.
Begitu
Kaori muncul di panggung saat episode 22, saya cuma bisa tersenyum
sambil nangis sesenggukan. Di saat itulah saya tahu kalo Kaori udah
nggak ada. Pernah denger kalo orang mati kadang bisa "pamit" sama
orang-orang yang disayanginya semasa hidup? Nah, di sini Kaori "pamit"
dengan cara perform bareng Kousei. Juga ending mati ini adalah jalan
yang paling nggak mengganggu logika. Ditambah kombinasi visual yang luar
biasa indah dan pilihan music piece yang tepat, bagian ini juga sukses
meruntuhkan wibawa saya sebagai laki-laki. Plis deh, ADA LAGI NGGAK SIH
ANIME DENGAN SAD ENDING SEINDAH INI??!! Tolong kasih tau saya kalo ada!
(jangan ngomong Chrno Crusade, udah nonton dari jaman purba - AnoHana?
Udah juga! - Dan segala karya Maeda Jun itu nggak sad ending).
.
===SPOILER END===
Kehebatan
sang mangaka dalam mengeksekusi hal-hal biasa menjadi sesuatu yang
menjerat namun indah PLUS ketangguhan A-1 Pictures dalam menambahkan
bumbu audiovisual menjadikan Shigatsu wa Kimi no Uso menjadi anime drama
yang super berkelas dalam segi kualitas. Seperti kayak kata saya tadi,
pokoknya anime ini tuh ngeri-ngeri sedap~! d(≧∀≦)b
Seringkali saya sampaikan kalo anime sempurna itu susah ditemui. Shigatsu wa Kimi no Uso pun nggak sempurna 10/10.
Kelemahan!
Pertama,
elemen non-realistis. Ekspresi wajah yang terlalu dilebih-lebihkan,
aliran darah yang keluar dalam volume lebay (tapi si karakter yang
berdarah santai-santai aja =__="), plus slapstick yang kadang
keterlaluan, menjadi penghalang kecil bagi Shigatsu wa Kimi no Uso untuk
meraih nilai 10. Lucu kok, saya sendiri ketawa kadang-kadang. Tapi...
serius, kadang nggak cocok. Secara emosi udah tergugah, eh tiba-tiba
dihantam lawakan.
Kedua,
ada satu hal yang, saya yakin, bikin siapapun yang nonton anime/baca
manga-nya bertanya-tanya. Sebenernya Kaori itu sakit apa sih? Kalo anda
bergelut di dunia medis, mungkin bisa mengira-ngira. Lah kalo nggak?
Jadilah blank spot, setidaknya buat saya pribadi yang penasaran banget.
Buat saya, faktor ini menjadi pakem sempurna untuk menjauhkan anime ini
dari nilai 10. UNTUNGLAH kelebihan-kelebihan di atas sanggup menutupi
pengurangan nilai dari kelemahan yang satu ini, sehingga anjloknya nggak
parah-parah amat.
"Kalian harus nangis nonton anime ini. Harus nangis!" #maksa #plak
Ketiga,
Comedy. Okelah Comedy-nya lucu, ane pun mengakuinya. Tapi sering kali
Comedy slapstick yang ditampilkan itu memotong drama yang disampaikan
dan itu sangat mengganggu. Menghilangkan mood "adem" saat menontonnya.
Jadi ane kurang setuju dengna orang yang berpendapat bahwa Shigatsu wa
Kimi no Uso itu temasuk ke dalam salah satu Anime Romance Comedy Terbaik
yang Recommended.
---------------
Rating:
9.8/10 (SS rank)
buat Shigatsu wa Kimi no Uso untuk dramanya yang berbobot dan
ultra-berkelas, pengolahan audiovisual yang memukau, serta eksekusi
cerita yang sukses membawakan hal-hal yang nggak spesial menjadi sesuatu
yang kelezatannya tak dapat disangkal.
Direkomendasikan
untuk para pencari drama, penikmat anime bertopik musik, serta siapapun
yang lagi nyari anime yang sanggup bikin nangis penontonnya.
dikutip dari http://amagipark.blogspot.co.id/2015/09/shigatsu-wa-kimi-no-uso.html
Shigatsu wa Kimi no Uso
Penyebab Kematian Kaori Miyazono

Tapi, banyak teman-teman menanyakan, “Kenapa kok Kaori bisa meninggal?”, “Apa sih penyakit Kaori Miyazono?”. Dan akhirnya semalam saya ngebut dari episode 7 sampai tamat. Sayangnya saya tetap tidak tahu apa yang membuat Kaori sampai meninggal. Namun, karena ketidaktahuan itu membuat penasaran, akhirnya saya blusukan ke forum berbahasa inggris. Dan menemukan banyak kesimpulan mengenai penyakit Kaori dan beberapa pembahasan lain mengenai anime Shigatsu wa Kimi no Uso.
Lalu, apa sih penyakit yang diderita Kaori Miyazono? Saya jawab “tidak tahu”, namun …, yang jelas, Kaori mengalami penyakit terminal. Ini tidak bisa disebut juga sebagai penyakit, namun penyakit terminal ini adalah hal ketika pasien didiagnosis penyakit terminal, maka pasien tersebut sudah tidak dapat diselamatkan, dan hanya tinggal menunggu kematian menjemputnya.
Hal yang membuat pasien dalam keadaan penyakit terminal ada banyak, misalnya kanker, gagal jantung, gagal ginjal, atau penyakit lain yang―bisa dibilang―berbahaya.
Dan, ada yang mengatakan kalau Kaori masuk terminal karena penyakit yang menyerang saraf. Hal ini disimpulkan dari beberapa adegan, seperti di episode 15 saat Kaori berjalan yang tiba-tiba terjatuh dan tidak bisa menggerakkan kakinya.










Ada juga yang mengatakan kalau penyakit Kaori sama dengan penyakit yang diderita Ibu Kousei, Saki Arima. Namun, lagi-lagi saya tidak tahu apa sih penyakit yang diderita Ibunya Kousei? Mungkin memang sama dengan Kaori. Sifat yang menjengkelkan itu pun ada pada diri Kaori, seperti saat memaksa Kousei untuk berlatih piano dan semacamnya. Tapi, hal itu mereka lakukan (Saki & Kaori) karena ingin membahagiakan Kousei, memang tidak masuk akal. Mereka tahu kalau hidup mereka tidak lama lagi, karena itulah mereka memaksa Kousei berlatih keras agar dapat melihat Kousei bahagia untuk yang terakhir kali.
Dan yang terakhir, mengenai judul Shigatsu wa Kimi no Uso yang dapat diartikan “Kebohonganmu di Bulan April” diambil dari adegan saat pertama kalinya Kaori dan Kousei bertemu di musim semi, tepatnya di bulan April, di mana Kaori mengatakan kalau dirinya menyukai Watari, padahal … yang sebenarnya dia sukai adalah Kousei sendiri.
Kalau saya pribadi lebih menyukai Tsubaki Sawabe. Pokoknya #SaveTsubaki
Dikutip dari http://kunime.com/pembahasan-mengenai-cerita-shigatsu-wa-kimi-no-uso/